Tragedi Pilkada Sampang: Kekerasan Politik yang Mengguncang Kemanusiaan

Pengeroyokan terjadi di Ketapang yang diakibatkan oleh memanasnya suasana Pilkada Sampang. (Foto: Dok/Ist).

Wartatimes.com, Sampang - Memanasnya suasana Pilkada di Sampang, Madura, Jawa Timur, berujung pada tragedi pengeroyokan yang menelan korban jiwa. Insiden ini tidak hanya mencederai demokrasi, tetapi juga memunculkan kritik keras terkait tanggung jawab moral dan politik para aktor lokal di wilayah tersebut.  

Aziz Faiz, Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus penasehat Keluarga Mahasiswa Sampang Yogyakarta (KMSY), menegaskan bahwa peristiwa ini melampaui sekadar konflik politik. Menurutnya, insiden ini merupakan pelanggaran serius terhadap nilai-nilai kemanusiaan.  

“Peristiwa ini bukan hanya persoalan politik, tapi lebih dari itu adalah peristiwa kemanusiaan. Sebab, bukan hanya menghalangi hak politik warga negara, tetapi juga menghilangkan hak hidup orang lain,” ujar Aziz.    

Aziz Faiz mengkritik tajam kegagalan aktor-aktor politik lokal di Sampang dalam mengelola proses demokrasi. Ia menilai mereka belum mampu menjadikan Pilkada sebagai momen transformasi masyarakat, malah justru memperburuk situasi.  

“Aktor-aktor politik lokal di Sampang mesti bersama-sama bertanggung jawab atas peristiwa ini. Mereka gagal mengorkestrasi peristiwa politik sebagai gerak transformasi masyarakat, justru mengarah pada kehancurannya,” tegasnya.  

Ia juga menyoroti kecenderungan para politisi lokal yang lebih sering memanfaatkan emosi masyarakat untuk mendulang dukungan daripada menawarkan ide dan program yang rasional.  

“Sebagian besar aktor politik lokal lebih senang memainkan emosi masyarakat dalam sosialisasi politiknya daripada berkompetisi secara sehat melalui gagasan, program kerja, atau membangun kepercayaan publik,” tambahnya.    

Lebih lanjut, Aziz menilai bahwa masalah mendasar yang dihadapi masyarakat Sampang adalah rendahnya kesiapan mental dalam menerima perbedaan politik. Hal ini membuat masyarakat mudah terprovokasi oleh isu-isu yang memecah belah.  

“Problem makro masyarakat kita adalah mentalitas yang belum siap berbeda dalam politik. Masyarakat seperti ini sangat mudah terprovokasi dan bahkan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu,” jelasnya.  

Aziz menyerukan agar kualitas politik di Sampang terus ditingkatkan, baik dari segi mentalitas warga, para aktor politik, maupun penyelenggara pemilu.  

“Ke depan, politik Sampang harus naik level, baik pada aspek mentalitas politik warganya, aktornya, maupun penyelenggaranya,” tegasnya. 

Tragedi ini menjadi pengingat penting bahwa demokrasi seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan di Sampang diharapkan dapat mengambil pelajaran dari kejadian ini untuk menciptakan iklim politik yang damai, sehat, dan konstruktif.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال